Jumat, 27 Maret 2015

cita-cita bukan sekedar cerita


Mengingat cita-cita sewaktu kecil kala kita sudah dewasa itu sungguh menggelikan. Aku pernah punya cita-cita pengin jadi guru bahasa Jawa, karena emang suka sama aksara jawa, jadi polwan biar bisa ngelindungi ibu, jadi sutradara, fotografer, dan masih banyak lagi. Hal-hal seperti itulah yang sering kali ditanyain sama kakakku. Bahkan sampai sedewasa ini kakak masih saja mempertanyakan “Apa cita-citamu nanti?”
Simple aja, aku jawab pengin jadi “penulis”

Kenapa ??

Flashback masa lalu sedikit yaa.
Emmh.. aku mulai mengenal dunia tulis menulis ini sewaktu SMP. Sama seperti saat aku mulai jatuh cinta pertama kali.. hahaa

Waktu itu guru bahasa Indonesiaku mengenalkanku pada PUISI. Sebuah peluapan perasaan yang penuh daya, memperoleh asalnya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian. Lewat puisi kita bisa meluapkan perasaan kita hanya dengan sepatah dua patah kalimat saja.

Pas jadwalnya jam terakhir, guruku ini sering bikin kuis ke murid-muridnya. Ini contoh puisi asal-asalan yang masih keinget. Guruku minta dibuatin hanya dua kalimat saja untuk mengutarakan perasaan:
seperti gelandang
hilang ditengah kerumunan orang
dari situ bisa kita lihat betapa kesepiannya seorang penyair itu, meskipun sang penyair berada diantara orang-orang. Parahnya lagi sang penyair itu adalah aku. Kasihann …

Next. Tentang menjadi seorang “penulis”.

Aku sebenarnya tidak tahu pasti, bahkan kadang aku sebut ini kekonyolan belaka. Tapi pada sudut selanjutnya aku bukanlah seorang pembicara yang baik. Banyak hal yang tidak bisa aku ungkapkan. Banyak hal yang tidak bisa aku ceritakan. Dari situlah aku menemukan ekspresi baru untuk mengungkapkan segala sesuatunya agar tidak terlalu membebani di otakku.

Sewaktu mengobrol dengan kakaku, dia bicara lagi denganku, “Apa cita-citamu?”
“Penulis, mas?”

Aku tau jawaban ini terlalu sederhana buatmu, Mas. Biar aku berekspresi dengan diriku sendiri.
Hidupku dimulai waktu Ibu melambaikan tangan, waktu dia melepasku pergi dari rumah. Kadang hidup tak harus sampai tujuan yang diinginkan untuk terasa indah. Setidaknya aku berusaha mengejar apa yang aku cita-citakan. Jikapun nanti tulisanku belum juga terpampang di rak-rak toko buku, seengganya aku sudah merekam jejak perjalananku lewat tulisan. Yaa.. kelak aku akan menjadi seorang penulis. Sama seperti apa yang aku garis bawahi cita-citaku sewaktu kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar