Jumat, 27 Maret 2015

KUNCI PENTING MERAIH POSITIVE LIVE



1.    Percaya Tuhan itu Ada
2.    Tidak Memaksakan Diri untuk jadi Konglomerat
3.    Jangan Pernah Selalu Menyalahkan Orang Lain, Selalu Koreksi Diri Sendiri
4.    Melakukan Segala Sesuatu dengan Penuh Ikhlas
5.    Selalu Menjaga Persahabatan
6.    Jadikan Tetangga sebagai Saudara Sendiri
7.    Menjadi Pelawak di rumah Sendiri
8.    Mengakui & Menghargai Kelebihan Orang Lain
9.    Memberi Barang Sebatas Kemampuan
10.    Bangga & Mensyukuri Apa yang Sudah Dimiliki
11.    Percaya Hari Esok Akan Lebih Baik
12.    Jujur Pada Diri Sendiri
13.    Tidak Memaksakan Keinginan Terhadap Orang Lain
14.    Selalu Berpikir Positif Menilai Semua Masalah
15.    Berharap Mati dalam Keadaan Baik (Khusnul Khotimah)
16.    Bijaksana & Menggunakan Nurani dalam Menyelesaikan Persoalan
17.    Luangkan Waktu untuk Bercengkrama dengan Keluarga
18.    Melupakan Barang yang Sudah Terlanjur Hilang
19.    Sesekali Menikmati & Mendengar Suara Alam
20.    Mengunjungi Tempat Masa Kecil Bersama Keluarga
21.    Menyadari lalu Berusaha Menghilangkan Kebiasaan Buruk
22.    Weekend Bersama Keluarga
23.    Jangan Berpikir Esok Kaya atau Miskin, Pikirkan Apakah Esok Kita Berguna bagi Orang Lain
24.    Jangan Gunakan Jam Karet
25.    Tak Ada Kata Terlambat untuk Memulai Sesuatu
26.    Sempatkan Waktu untuk Menyegarkan Pikiran
27.    Tidak Terbelenggu Gengsi
28.    Manfaatkan Sebaik Mungkin Peluang
29.    Menjaga Penampilan
30.    Mencari Rizki dengan Cara yang Halal
31.    Jangan Takut Gagal

Tips untuk Menjadi Produktif


    Satu hal yang harus disadari bahwa kesibukan tidak sama dengaan menjadi produktif. Anda bisa saja menghabiskan sekian jam tanpa menghasilkan apa-apa. Beberapa prinsip yang sebaiknya Anda pertimbangkan dalam memanajemen waktu agar bisa bekerja efektif:

1.    Menyusun Rencana

“If you fail to plan, you plan to fail”. Apabila Anda menjalani hari Anda tanpa ada gambaran apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya, Anda akan menghabiskan sebagian besar waktu Anda bertanya “Apa yang harus saya kerjakan sekarang ya?”.
Alokasikan sedikit waktu untuk menyusun rencana. Susunlah rncana bisa di pagi hari atau hari sebelumnya, bisa dimulai dari catatan kecil atau bahkan menyusunnya di kepala untuk sekedar memberi sinyal kepada otak mengenai apa yang harus Anda selesaikan hari itu.
Belajar mengelola waktu adalah latihan yang bagus untuk disiplin diri.
2.    Fokus
Mungkin Anda mencoba menyenangkan boss dengan mengiyakan semua permintaannya, tanpa Anda sadari sebenarnya Anda justru membebani diri Anda dengan stress dan belum tentu juga apa yang Anda kerjakan akan berkualitas bagus.
Focus dalam bekerja membuat kita lebih produktif dan mengurangi beban stress. Buat skala prioritas apabila Anda harus menyelesaikan beberapa pekerjaan dalam kurun waktu bersamaan.
3.    Hindari Interupsi
Dua hal dalam dunia kerja yang sering menjadi sumber intrupsi adalah: telepon dan email.
Tentu saja interupsi ini tidak bisa dihindari, tetapi gunakan keahlian Anda dalam manajemen diri untuk menanganinya.

cita-cita bukan sekedar cerita


Mengingat cita-cita sewaktu kecil kala kita sudah dewasa itu sungguh menggelikan. Aku pernah punya cita-cita pengin jadi guru bahasa Jawa, karena emang suka sama aksara jawa, jadi polwan biar bisa ngelindungi ibu, jadi sutradara, fotografer, dan masih banyak lagi. Hal-hal seperti itulah yang sering kali ditanyain sama kakakku. Bahkan sampai sedewasa ini kakak masih saja mempertanyakan “Apa cita-citamu nanti?”
Simple aja, aku jawab pengin jadi “penulis”

Kenapa ??

Flashback masa lalu sedikit yaa.
Emmh.. aku mulai mengenal dunia tulis menulis ini sewaktu SMP. Sama seperti saat aku mulai jatuh cinta pertama kali.. hahaa

Waktu itu guru bahasa Indonesiaku mengenalkanku pada PUISI. Sebuah peluapan perasaan yang penuh daya, memperoleh asalnya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian. Lewat puisi kita bisa meluapkan perasaan kita hanya dengan sepatah dua patah kalimat saja.

Pas jadwalnya jam terakhir, guruku ini sering bikin kuis ke murid-muridnya. Ini contoh puisi asal-asalan yang masih keinget. Guruku minta dibuatin hanya dua kalimat saja untuk mengutarakan perasaan:
seperti gelandang
hilang ditengah kerumunan orang
dari situ bisa kita lihat betapa kesepiannya seorang penyair itu, meskipun sang penyair berada diantara orang-orang. Parahnya lagi sang penyair itu adalah aku. Kasihann …

Next. Tentang menjadi seorang “penulis”.

Aku sebenarnya tidak tahu pasti, bahkan kadang aku sebut ini kekonyolan belaka. Tapi pada sudut selanjutnya aku bukanlah seorang pembicara yang baik. Banyak hal yang tidak bisa aku ungkapkan. Banyak hal yang tidak bisa aku ceritakan. Dari situlah aku menemukan ekspresi baru untuk mengungkapkan segala sesuatunya agar tidak terlalu membebani di otakku.

Sewaktu mengobrol dengan kakaku, dia bicara lagi denganku, “Apa cita-citamu?”
“Penulis, mas?”

Aku tau jawaban ini terlalu sederhana buatmu, Mas. Biar aku berekspresi dengan diriku sendiri.
Hidupku dimulai waktu Ibu melambaikan tangan, waktu dia melepasku pergi dari rumah. Kadang hidup tak harus sampai tujuan yang diinginkan untuk terasa indah. Setidaknya aku berusaha mengejar apa yang aku cita-citakan. Jikapun nanti tulisanku belum juga terpampang di rak-rak toko buku, seengganya aku sudah merekam jejak perjalananku lewat tulisan. Yaa.. kelak aku akan menjadi seorang penulis. Sama seperti apa yang aku garis bawahi cita-citaku sewaktu kecil.

Sabtu, 14 Maret 2015

Manfaatkan Waktu Sebaik Mungkin


Seorang bijak pernah berkata, ada dua hari dalam hidup ini yang sama sekali tak perlu kita khawatirkan.
Pertama, hari kemarin
Kita tak bisa mengubah apa pun yang  telah terjadi. Kita tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan. Kita tak mungkin lagi menghapus kesalahan dan mengulangi kegembiraan yang pernah kita rasakan kemarin. Biarkan hari kemarin lewat, lepaskan saja.
Kedua, hari esok
Hingga mentari esok terbit, kita tak tau apa yang akan terjadi. Kita tak bisa melakukan apa-apa esok hari. Kita tak mungkin sedih atau ceria esok hari. Esok hari belum tiba, biarkan saja.
Yang tersisa kini hanyalah hari ini. Pintu masa lalu telah tertutup, pintu masa depan pun belum tiba.
Pusatkan saja diri kita untuk hari ini kita dapat mengerjakan lebih banyak hal untuk hari ini bila kita mampu memanfaatkannya hari kemarin dan mlepaskan ketakutan akan hari sok.
Hiduplah hari ini, karena masa lalu dan masa depan adalah permainan pemikiran yang rumit. Hiduplah apa adanya, karena yang ada hanyalah hari ini. Hari ini yang abadi.


Mengapa Perlu Memanfaatkan Waktu?
Banyak alasan yang perlu dipertimbangkan untuk memanfaatkan waktu dengan bijak.
  • waktu adalah uang 
  • waktu tak akan kembali
Bagaimana memanfaatkan waktu?
  • buat daftar
  • ingat tujuan
  • menyisihkan waktu belajar
  • lihat kedepan
Pemanfaatan waktu  pada dasarnya adalah sebuah kebiasaan. Upaya mengelola waktu dengan bijak merupakan upaya membangun kebiasaan untuk memanfaatkan waktu dengan bijak. Kuncinya adalah disiplin diri.
Sebagai tahap awal, coba Anda tuliskan dari jam ke jam apa saja yang biasa Anda lakukan, lalu identifikasi "kebocoran" waktu yang terjadi. Dari sini Anda bisa memulai dan memilih strategi pengelolaan waktu yang paling tepat untuk kondisi Anda.

Jumat, 13 Maret 2015

Moment Simple di Kota Semarang

Hari ini aku serasa jadi pemandu wisata. Yups.. aku nemenin
temenku jalan-jalan mengitari kota Semarang. Awalnya sii cuma mau ngebenerin laptop. Sampai sana muter-muter nyari tempatnya eeh palah tau-tau dah pindah. Giliran ditelusuri eh ternyata hari minggu dan hari besar tutup. Hmmz.. ga papa deh, ambil positifnya aja, kita jadi seminggu ini jalan bareng terus. Hadeeuuh
Setelah kita menyerah karena yang kita cari emang ga ada, akhirnya break sebentar. Berhubung ini sudah jadi jam makan siang kita kalau pas di pabrik, akhirnya kita nyari-nyari sesuatu buat ngilangin laper. Aah yaa !! makan siangpun bareng kamu lagi.. ckckk

Tahu gimbal jadi menu makan siang kita. Seperti yang sudah kalian tahu ini jadi kuliner khas kota Semarang. Belum ada yang tau pasti sejarah tahu gimbal. Menurut si penjual yang saya temui makanan ini berasal dari dua kata. Tahu, yang berarti makanan tahu, dan Gimbal itu sendiri terbentuk dari olahan udang yang digoreng lebar dengan adonan tepung cair menyerupai rempeyek jika tipis dan menyerupai bakwan jika tebal. Makanan ini terdiri dari tahu goreng, rajangan kol mentah, lontong, tauge, telur dan dicampur dengan bumbu kacang yang khas karena menggunakan petis udang. Dan ternyata satu porsi itu cukup banyak untuk orang seperti saya. Dan harganya yang lumayan ini cukup banyak mengundang orang awam untuk mencicipi makanan yang satu ini. Seporsinya di patoki sekitar Rp15.000.


Terus kita lanjut ke Lawang Sewu. Dan tarraaa… ternyata pas sudah sampai tujuan HP kita lowbet. Gini nih kalau emang ga di rencanain dengan matang-matang, jadi ga bisa ambil semua moment pas kita bareng.

Pasti sudah banyak yang tahu kan tentang wisata yang satu ini. Gedung tua yang terletak di bundaran Tugu Muda  ini dulunya merupakan kantor dari Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia.


 Masyarakat menyebut Lawang Sewu karena bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak, meskipun kenyataannya jumlah pintu tidak mencapai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar,sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).


 Next. Sudah menjelang sore akhirnya kita melepas lelah sejenak menikmati udara ditengah padatnya gedung dan keramaian kota. Yups.. Tugu Muda menjadi ikon terakhir kita di season perjalanan kali ini.




Bahagia itu SIMPLE. Terlalu focus sama tujuan kadang ngebuat kita lupa bagaimana caranya menikmati perjalanan. So enjoy your life !!!


Rabu, 04 Maret 2015

Berfikir Positive dalam Mengelola Impian

Segala kebaikan
tak kan terhapus oleh kepahitan
kulapangkan resah jiwa
karna kupercaya kan berujung indah. . .

- PADI @Harmony -

Lirik lagu yang bagus. Setidaknya bisa jadi penyemangat disaat “down” meski pada dasarnya lagunya mendayu sendu.
Memang tak ada kisah yang bisa sempurna. Seperti yang selalu diimpikan, dan mimpi tak slalu jadi kenyataan. Terus faktanya apa ?
okkeh. . . .Sekarang kita berbicara bagaimana kita menaklukan mimpi.
Percayakah Anda tentang keajaiban yang Tuhan berikan lewat pikiran kita. Lalu kemudian pikiran-pikiran itu menyatu dengan darah. Dan terus mengalir seiring berdetaknya jantung. Yang kemudian disampaikannya kepada sebuah perasaan, dimana jiwa yang kan mengelolanya.
yaaa. . .setiap satu pemikiran positif akan membawa kita kedalam tindakan positif pula. Seperti pada kebodohan yang kita lakukan. Ambil saja hikmahnya. Berpikirlah positif, terus dan terus.

Tuhan. . .saya akan SUKSES
mama saya pasti akan bahagia melihat saya
dan kakak2 saya akan selalu tersenyumitu garis yang telah saya pilih,
Tuhan
aku selalu tersenyum seperti yang Kau ingin
dan aku tak pernah berhenti bersyukur entah pada situasi apapun itu
Tuhan, Kau selalu baik padaku
dan Engkau tahu kapan air mata ini harus mengalir

Coba simak catatan di bawah ini !

Antara pemimpi dan pengejar impian itu beda
  • Pemimpi, hanya membayangkan sesuatu, tidak punya kemauan untuk mewujudkannya. Hanya berangan-angan dan tidak berani mengambil keputusan. Cenderung ingin mencapai impiannya secara instan.
  • Pengejar impian. Bertindak nyata. Yakin dengan apa yang ia lakukan . Selalu bertanya pada dirinya sendiri, "Sebesar apakah kemauan yang ia miliki untuk meraih impian?"
 Lalu dimana posisi kita sekarang?

Coba isi kolom di bawah ini !

Cermin diri :
1. Impian Anda saat ini?
  •  
  •  
  •  
2. Berapa lama Anda berusaha mewujudkannya?
  •  
  •  
  •  
3. Langkah apa yang sudah Anda lakukan?
  •  
  •  
  •  

 Seberapa besarkah kemampuan Anda untuk berusaha mengejar apa yang Anda impikan?

 Percayalah pada kemampuan diri Anda. Berfikir dan tetaplah bertindak positif karena Tuhan pun tidak akan mengubah suatu kaumnya selama kaum itu tidak berusaha merubah dirinya sendiri.

    Selasa, 03 Maret 2015

    Menyambung Rambu Kehidupan di bawah Rambu Lalu Lintas


    Semarang. Siapa yang ga tau kota ini. Kota dengan sejuta keindahan alamnya, dan pesonanya di balik gedung-gedung tua yang bakal banyak kita temuin disini.
    Tapi sekarang aku ga lagi ngebahas soal wisata alam disini. Ada beberapa hal yang pengin aku ungkapin lewat blog ini.
    Kalian pasti pernah ke tugu muda, atau seengganya melewati daerah situ.
    Pesona lawang sewu? Atau menikmati indahnya air mancur di tengah ramainya lalu lintas jalan raya?
    Oohh bukan itu yang ku maksud.
    Ada satu titik sudut di kota ini yang ngebuat aku trenyuh. Okkeh. Apa alasannya? Mari simak catatan perjalanan saya ini.

    Di balik panasnya kota semarang ini, ternyata masih ada sebagian diantara kita yang rela berpanas-panas ria demi mencukupi kebutuhan hidup. Yaa.. kebutuhan yang ga seharusnya dengan cara seperti ini ia jalani.
    Oji. 5tahun. Anak yang menjual koran.

    Belakangan ini aku tau namanya, ya karena seringnya aku main dan pasti selalu liat bocah itu lalu lalang di jalan raya sambil menjajakan koran. Bayangkan saja bocah kecil ini harus mondar mandir kesana kemari demi ngejualin korannya, dan taruhannya itu yang jelas nyawanya. Seandainya ia berlari disaat lampu hijau itu nyala bisa saja kan truck menghampirinya, atau resiko yang paling kecil ia terserempet motor. Siapa yang bakal tanggung jawab?

    Aku sempat menggodanya, ku sodorkan uang 5rb dan ia pun menghampiriku. Dengan muka polos dan rasa malu ia mengambil uang dari tanganku. Seketika ku tanya, “Dimana ayah ibumu?” ,ia hanya geleng-geleng kepala.
    Lalu kutanya lagi, “Siapa yang menyuruhmu?” ,ia malah langsung lari dan kembali berlalu lalang menjual korannya.

    Saking penasarannya aku masih berdiri melihat kondisi seperti apa sebenarnya. Semakin lama dan akhirnya perlahan aku tau jawabannya. Ternyata memang gerak-geriknya sudah diawasi. Ada beberapa orang dewasa yang mengarahkan kemana ia harus berlari. Sesekali orang dewasa itu menghampirinya, memeriksa Koran apakah masih banyak atau mulai menipis.
    Tapi kenapa harus anak kecil seperti dia yang mereka jadikan sebagai umpan? Inikah sandiwara kebutuhan hidup manusia? Kenapa tidak mereka saja yang melakukannya? Haruskah menjadikan anak kecil sebagai umpan agar orang-orang sekitar yang melihat kejadian ini lebih iba?

    Seharusnya ia bebas bermain bola. Bukan disini
    Seharusnya ia bisa berlari bebas. Bukan disini
    Seharusnya ia bisa menikmati tidur siang. Bukan disini
    Seharusnya ia mengaji dan menimba ilmu. Bukan disini
    Seharusnya bukan disini tempat ia sekarang!!!